Mengenal Kesehatan Mental, Osaka Santri MANPK Gelar Seminar: Me, My Self, and My Health
Yogyakarta(MAN 1YK)–Organisasi Santri Keagamaan (OSAKA) MANPK MAN 1 Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan seminar tentang kesehatan mental, bertemakan “Me, Myself, and My Health”, Rabu(18/01/2022) malam, di Aula lantai 2, berlangsung mulai pukul 20.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB.
Kegiatan ini merupakan salah satu program kerja OSAKA yang diikuti oleh seluruh santri Pondok Pesantren Al-Hakim asrama MANPK MAN 1 Yogyakarta. Menghadirkan narasumber Muhammad Fathan Mubin, S.Psi. Founder Kulik Jurusan Psikologi.
Hilman Abdullah, S.Hum., selaku pembina OSAKA MANPK MAN 1 Yogyakarta dalam sambutannya menjelaskan, kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kesehatan mental dan bagaimana cara menjaganya.
Terang Hilman, masa Pandemi virus covid-19 yang membuat orang terpaku di dalam rumah dan jauh dari interaksi Dunia luar.
“Tentu, dalam dunia remaja, kesehatan mental ini menjadi sesuatu yang sangat urgent untuk kita bahas bersama. Bahkan kita mengalami sesuatu yang tidak kita bayangkan sebelumnya, yaitu pandemi Covid-19,” ungkapnya.
Lebih dari satu tahun kita terkurung dalam keterbatasan hingga dikatakan sebagai libur tahunan karena liburnya lebih dari satu tahun. Tentu banyak sekali Hal yang merubah tatanan kehidupan kita, tidak hanya dari kebiasaan kita mungkin juga menggeser kesehatan mental kita,” imbuhnya.
Hilman berharap, agar kegiatan ini dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat dan dapat menata mental khususnya para siswa yang tinggal di asrama MANPK MAN 1 Yogyakarta.
Sementara itu narasumber Fathan mengatakan, setidaknya membagi materi menjadi empat point pembahasan. pertama membahas mitos atau fakta seputar dunia psikologi. Pada pembahasan ini, diketahui bahwa pernyataan jika anak – anak dan remaja tidak mungkin mengalami masalah mental adalah mitos atau hoax.
Bahkan, menurut Fathan tanda-tanda gangguan mental muncul saat usia anak – anak dan remaja. Sekitar 50% gangguan mental muncul ketika seseorang telah berumur 14 tahun dan sayangnya hal ini tidak ditanggapi dengan serius.
Kedua membahas mengenai “apa itu kesehatan mental?”. Terangnya, kesehatan mental menurut WHO (World Health Organization) adalah keadaan sejahtera di mana setiap individu bisa mewujudkan potensi mereka sendiri. Artinya, mereka dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat berfungsi secara produktif dan bermanfaat, dan mampu memberikan kontribusi kepada komunitas mereka.
Bahkan, lanjutnya, seseorang dikatakan sehat mental menurut WHO, jika seseorang tersebut memenuhi empat kriteria yakni, mengetahui potensi diri, dapat mengatasi tekanan tiap harinya, dapat menjadi seorang yang produktif atau melakukan sesuatu bukan karena rutinitas akan tetapi didasari dengan tujuan hidupnya, dan dapat memberikan kontribusi terhadap lingkungannya, baik terlibat langsung atau tidak.
Ketiga berkaitan bagaimana cara menjaga kesehatan mental. Setidaknya terdapat dua langkah untuk menjaga kesehatan mental yang harus diperhatikan. Pertama yaitu regulasi emosi. Regulasi emosi sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur dan merespon peristiwa emosional, seperti mengobrol dengan teman, olahraga, latihan pernapasan, menulis jurnal.
Diharapkan dengan regulasi emosional dapat merespon peristiwa emosional dengan baik. Langkah kedua yaitu mengelola stress sehari – hari. Stress sendiri dapat diartikan sebagai tekanan yang dirasakan karena stressors (kehilangan, patah hati, konflik dengan orang tua/teman, masalah akademik). Salah satu cara mengelola stress yaitu dengan melakukan Coping Stress (usaha – usaha untuk mengurangi stress/tekanan dari peristiwa/pemikiran yang dirasa mengancam). Coping Stress sendiri dibagi menjadi 2, yaitu Problem Focused Coping (usaha yang dilakukan berorientasi pada penyelesaian masalah dengan stressor terkendali seperti membuat rencana, meminta saran, meminta bantuan. Contohnya adalah nilai ujian yang buruk) dan Emotion Focused Coping (usaha yang dilakukan berorientasi pada memberi kenyamanan dengan stressor tidak dapat dikendalikan seperti bercerita kepada orang lain (curhat), melakukan kegiatan yang menyenangkan (hobi), dan menghindar dari situasi. Contohnya adalah kematian anggota keluarga).
Keempat adalah bagaimana cara, jika ada teman atau seseorang yang membutuhkan pertolongan dalam segi mental. Pertama dilakukan adalah menenangkannya, kedua yaitu dengarkan apa yang dia katakan. Ketiga adalah berikan kebutuhan dasar, seperti mengajaknya makan bersama. Keempat adalah lindungi dia dari bahaya, jika dia menunjukkan tanda – tanda yang mengarah ke self harm seperti merendahkan diri sendiri atau melukai dirinya sendiri seperti dengan menjauhkannya dari benda – benda tajam. Kelima, mengetahui kebutuhan dan kekhawatirannya dengan cara menanyakan apa yang sedang terjadi. Yang terakhir, jika terasa terlalu berat dapat dialihkan ke pihak yang lebih professional seperti Puskesmas setempat, Biro Psikolog, atau layanan konseling lainnya.
Para peserta sangat antusias dalam mengikuti seminar Kesehatan Mental bertemakan “Me, Myself, and My Health” ini. Ketika sesi tanya jawab, banyak sekali yang mengacungkan jari akan tetapi hanya 3 orang yang terpilih dan mendapatkan door prize berupa 3 buku karya Kulik Psikologi.(aaa/dzl)