Kak Astuti Berkisah Isra’ Mi’raj di MDTT An Nahr SD Negeri Sayidan
Yogyakarta (KUA Gondomaman) – Dalam rangka memeriahkan Hari Besar Islam khususnya pada bulan Rajab, Madrasah Diniyah Takmiliyah Terintegrasi (MDTT) An Nahr SD Negeri Sayidan Gondomanan Kota Yogyakarta adakan pengajian peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Acara yang dibuka Kepala Sekolah SD Negeri Sayidan, Beny Susetya, S. Pd , turut diiringi lantunan dendang Qosidah Sholawat Tibbil Qulub oleh Ismiyati, S. Ag., Penyuluh Agama Islam Fungsional (PAIF) KUA Gondomanan, juga dibarengi dengan beberapa agenda kegiatan diantaranya hafalan surat-surat pendek oleh santriwan-santriwati yang berlangsung, di Aula SD Negeri Sayidan, Senin (13/02/2023).
Dalam sambutannya Kepala Sekolah SD Negeri Sayidan Beny Susetya, S. Pd., menuturkan, bahwa pentingnya memperingati Hari Hari Besar Islam sebagai bahagian dari syiar pendidikan keagamaan kepada anak-anak seperti peringatan Isra’ Mi’raj ini. Tak lupa Ia berpesan kepada seluruh anak didiknya dan semua yang berhadir agar menyimak dan mengambil intisari dari penceramah yang akan membawakan tausyiahnya. Beliau juga berharap dan mengajak pada peringatan Isra’ Mi’raj kali ini adalah kita tingkatkan shalat berjamaah dalam membentuk pribadi yang disiplin dan istiqamah, oleh karena itu semoga kita dapat menyimak dan mengamalkannya, ujarnya penuh harap.
Pada acara tersebut, penceramah atau tausyiah diisi oleh Astuti, S.H.I , yang sering dipanggil kak Astuti untuk sapaan akrab sehari-hari, merupakan Pendongeng dari Baznas Kota Yogyakarta sekaligus sebagai Penyuluh Agama Islam Non ASN KUA Jetis Kota Yogyakarta.
Dalam mengawali al kisah pengajian yang dikemas melalui cerita dongeng bersama kak Astuti memecah suasana hening menjadi penuh canda tawa. Ia mengawali dongeng dengan memperkenalkan diri dan bernyanyi bersama sehingga para siswa sangat antusias mengikutinya.
Pada kegiatan mendongeng kali ini Kak Astuti banyak berkisah tentang perjalanan Isra’ dan Mi’raj sampai turunnya perintah salat lima waktu. “Saat mangalami Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW tidak naik kereta api atau pesawat terbang, tetapi menggunakan kendaraan yang super canggih ciptaan Allah, yaitu Buraq”, ujarnya menghibur disambut tawa santriwan-santriwati, termasuk para guru dan karyawan juga para Penyuluh Agama Islam Non ASN KUA Gondomanan, termasuk juga para tamu undangan dari Baznas yang juga ikut hadir.
Para siswa santriwan-santriwati sangat antusias mengikuti cerita dongeng tersebut. Gaya mendongeng Kak Astuti yang diselingi dengan bahasa tubuh jenaka menambah suasana makin meriah. Nuansa dongeng semakin menarik karena Kak Astuti juga memadukan dongeng dengan trik boneka yang membuat para santriwan-santriwati tertawa terpingkal-pingkal.
Kak Astuti juga menyampaikan, bahwa Isra’ Mi’raj atau yang sering disebut dengan Al Isra’ Wal Mi’raj merupakan peristiwa yang melekat dengan kerisalahan Nabi Akhiruzzaman (akhir zaman) Nabi Muhammad Shallallahu Wlaihi Wasallam dalam perjalanan sejarahnya.
Lebih lanjut kak Astuti dalam tausiyahnya, menyampaikan bahwa Isra’ dan Mi’raj diabadikan di dalam Al-Qur’an Surah Al-Isra’ ayat 1 sebagaimana Allah berfirman yang artinya, “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang Allah telah memberkahi sekelilingnya supaya Allah memperlihatkan sebagian tanda-tanda kekuasaan-Nya, Allah sungguh Maha Mendegar dan Maha Melihat”.
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj itu terjadi sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Ada banyak pandangan dan beda pendapat soal tahun persis dari Isra’ dan Mi’raj itu, tetapi poin pentingnya adalah peristiwa ini merupakan mukjizat sekaligus tanda dari kerisahalahan Nabi Muhammad SAW.
Isra’ yakni Nabi diperjalankan oleh Allah dari Mekkah Masjidil Haram ke Baitul Maqdis dan Mi’raj, Allah Memir’rajkan (menaikkan) Nabi Muhammad SAW sampai ke Sidratul Muntaha ditempat yang tertinggi dimana Rasulullah bertemu dengan Allah SWT dalam lingkup kekuasaan Allah.
Isra’ dan Mi’raj memiliki banyak dimensi dan makna bagi kita kaum muslimin yaitu yang pertama tentu Isra’ dan Mi’raj itu menguji keimanan orang Islam. Waktu itu Abu Bakar Ash-Shiddiq orang yang pertama kali mempercayai Nabi menjalankan Isra’ dan Mi’raj karena bagi Kaum Quraisy peristiwa yang tidak bisa mereka pahami bahkan Nabi Muhammad dianggap berbohong. Bagaimana mungkin dalam satu malam Nabi bisa berjalan dari Mekkah ke Baitul Maqdis kemudian juga Mi’raj sampai ke Sidratul Muntaha. Mereka menganggap Nabi Muhammad mengada-ada, tetapi Abu Bakar Ash-Shiddiq mempercayai sebagai bentuk dari keimanan.
Dan kemudian, bahwa Isra’ dan Mi’raj adalah merupakan wujud dari mukjizat dan anugerah Allah untuk Muhammad dalam mengemban risalahnya. Kita tahu ketika Isra’ dan Mi’raj saat itu Nabi mengalami Am al-huzn (tahun kesedihan), beliau ditinggal oleh Siti Khadijah RA istri tercinta yang begitu lama mendukung dan berada disamping Nabi, orang yang paling dicintainya dan paling membela perjuanganya.
Nabi juga ditinggal oleh Pamannya Abu Thalib yang selalu membela bahkan disaat Nabi terancam dan diancam jiwanya oleh Kaum Quraisy, Abu Thalib lah yang membela Nabi. Setelah keduanya wafat Nabi merasa sedih dan itu wajar sebagai manusia. Disaat seperti itulah Allah meng-Isra’kan Nabi dan Me-Mi’rajkan Nabi sebagai bentuk perjalanan ruhani yang terdalam dan melampaui akal pikiran dan mungkin melampaui kebiasaan manusia.
Dengan kesabaran kesungguhan Nabi maka Isra’ dan Mi’raj merupakan tonggak bagi Nabi untuk terus berjuang membawa risalah Islam.
Dengan demikian, dengan Isra’ dan Mi’raj semakin memperkokoh kebenaran risalah Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Dari Isra’ dan terutama Mi’raj Nabi membawa perintah sholat dan lebih dari itu juga lewat Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad menunjukan satu hal kepada umat Islam. Beliau tidak cukup menikmati perjalanan ruhani untuk bertemu dengan Allah dalam lingkup kekuasaan Allah bukan dalam nalar manusia. Yang boleh jadi mungkin dalam spirit orang-orang yang sebutlah mereka ingin mencari hidup zuhud dan wara’ dan berada dalam spiritualitas tassawuf dia akan cukup berhenti disitu.
Tapi Nabi tidak, Nabi kembali lagi ke bumi mengeban risalah Islam dengan segala dinamika perjuangan dan tantanganya Nabi hadir untuk membawa peradaban dan membangun peradaban Islam. Alhamdulillah setelah itu Nabi hijrah ke Yatsrib (Madinah) selama 13 tahun dan total selama sekitar 23 tahun akhirnya terbukti risalah Islam yang dibawa oleh Nabi Akhiruzzaman membangun puncak peradaban Al-Madinah Al-Munawarah (kota peradaban yang cerah mencerahkan) yang lahir dari Islam.
Dari sinilah maka ketika kita memperingati Isra’ dan Mi’raj kita tidak cukup hanya mengenang sejarah Isra’ dan Mi’raj itu tetapi jadikan sebagai spirit ruhani untuk kita seluruh umat Islam mewujudkan Islam sebagai risalah akhir zaman yang membangun peradaban.
Semoga momen Isra’ Mi’raj dapat semakin memperkuat amalan ibadah kita. Jadikan makna atas peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Bukan sekedar mengucapkan selamat memperingati Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW. Namun maknai sebagai motivasi diri sendiri untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta, Allah SWT, pungkasnya. (Najam)