Berita

Penguatan Moderasi Beragama Bagi Guru, Kemenag Yogyakarta Hadirkan Densus 88

Yogyakarta (Humas) – Seksi Pendidikan Madrasah (Dikmad) Kantor Kementerian Agama Kota Yogyakarta, menggelar penguatan moderasi beragama bagi guru, kepala dan pengawas madrasah. Kegiatan berlangsung di Aula 1, Rabu (15/2/2023). Dalam laporannya Kasi Dikmad, Elfa Tsuroyya, S.Ag. M.Pd.I., M.Pd. menyebut kegiatan bertujuan sebagai pengenalan, pengetahuan dan implementasi moderasi beragama di masing-masing madrasah.

Elfa menambahkan kegiatan ini adalah rangkaian dari kegiatan penguatan moderasi beragama yang sudah kita lakukan pada tahun sebelumnya. “Pada kegiatan sebelumnya berisi tentang pengetahuan apa dan bagaimana moderasi beragama serta pendampingan implementasi moderasi beragama di RA dan madrasah. Sedangkan kali ini, kami khususkan untuk menghimpun informasi dan pengetahuan serta bagaimana mencegah intoleransi dan radikalisme,” jelas Elfa.

“Kami hadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya yaitu densus 88, kita tahu bahwa densus 88 adalah bentuk kehadiran negara dalam memberantas radikalisme,” imbuhnya.

Sementara Kepala Kantor Kemenag Yogyakarta, H. Nadhif, S.Ag. M.S.I. berharap para peserta dapat melakukan pemetaaan dan implementasi secara praktis di madrasah masing-masing. “Saya juga berharap para peserta dapat melakukan transformasi kepada anak sesuai tupoksi masing-masing,” ungkap Nadhif.

Ia pun menegaskan program Moderasi Beragama penting untuk menghadirkan cara pandang yang tidak ekstrem tetapi juga tidak liberal. “Melalui moderasi beragama, akan tercipta kerukunan sehingga keragaman menjadi perekat, bukan menjadi peretak,” ujar Nadhif.

Ia pun menambahkan perlunya literasi digital, karena saat ini siswa dengan mudah dapat memperoleh beragam informasi melalui internet. “Google (mesin pencari) tidak memberikan nilai, hanya sekadar kognitif maka perlu peran serta para para guru,” imbuhnya.

Narasumber kegiatan tersebut, Bima Rengganis dari Densus 88 Mabes Polri menyebutkan potensi tumbuhnya teorisme bisa di mana saja karena kemudahan dalam mengakses informasi. Ia pun berharap para guru dapat lebih waspada munculkan terorisme di kalangan siswa. “Bibit terorisme bisa dimulai dari adanya sikap intoleran dan mau menang sendiri,” jelas Bima.

Sedangkan peta terorisme di DIY, Bima mengungkap hampir di semua Kabupaten/Kota di DIY terdapat kasus terorisme yang sudah terjadi dan ditangani Densus 88. “Terbanyak di Bantul, dan itu beririsan dengan Kota Yogyakarta,” jelasnya. [eko]