Berita

Paif KUA Gondomanan Dakwah berbahasa Jawa di programa 4 RRI Yogyakarta

Yogyakarta (KUA Gondomanan) Penyuluh Agama Islam Fungsional Kemantren Gondomanan , Eko Agus Wibowo, S. Sos. I., Isi Dakwah Berbahasa Jawa di Programa 4 Radio Republik Indonesia (RRI) Yogyakarta yang merupakan program siraman rohani agama Islam oleh Kanwil Kementerian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta melalui RRI Yogyakarta, yang juga diharapkan untuk tetap bisa ikut merawat dan melestarikan Kebudayaan Bahasa Jawa, Jumat (22/12/2023).

Siaran akan disiarkan pukul 17.00 – 17.25 WIB dalam siraman rohaninya, materi dan tema adalah “ Pahargyan Kangge Ngluhuraken Derajating Kaum Ibu (Momentum untuk Menghargai Jasa dan Peran Ibu”.
Pada tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai hari Ibu. Hari Ibu
dijadikan momentum untuk menyadarkan kembali tanggung jawab
perempuan terhadap masyarakat dan keluarga. Karena Ibu adalah sosok yang menumbuhkan dan mendidikan generasi. Perempuan yang bukan hanya ibu bagi anak-anaknya, tetapi ibu bagi bangsanya. Inilah yang menjadikan ibu sebagai seorang sosok istimewa dalam kehidupan setiap manusia, yang tidak bisa ditukarkan dengan
nilai barang tertentu. Sehingga pengalaman yang menarik dengan ibu
menjadi suatu kebahagiaan tersendiri, karena dapat dikatakan
pengalaman yang tak ternilai dalam kehidupan di dunia ini . Sosok
istimewa seorang ibu dalam ajaran agama Islam pun sudah dijelaskan
bahwa Rasulullah sendiri sangat memuliakan derajat seorang ibu :
” _Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan
berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti
pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’
Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi
shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut
bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’
Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi
shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'”_ (HR. Bukhari).
Imam Al-Qurthubi dalam Tafsir Al Qurthubi berpendapat, hadits di atas menunjukkan kecintaan dan kasih sayang kepada
seorang ibu harus 3 kali lipat dibandingkan pada seorang ayah. Sebab,
seorang ibu harus melewati banyak kesulitan selama mengandung
sang anak.
Diperingatinya Hari Ibu setiap tahunnya juga diharapkan dapat
menjadi daya ungkit untuk mendorong semua pemangku kepentingan dan masyarakat luas, agar memberikan perhatian dan pengakuan akan pentingnya eksistensi perempuan dalam berbagai sektor pembangunan.
Islam memerintahkan umatnya untuk menghormati kedua
orang tua. Dalam hal ini, seorang anak dituntut untuk memenuhi
kewajiban menghormati, menyayangi, dan mendoakan mereka
Dari sinilah bukti bahwa peringatan hari ibu tidak untuk sekedar
mengingat jasa-jasa atau pengorbanan yang telah diberikan oleh Ibu
kepada kita, namun lebih kepada ajakan semua pemangku
kepentingan dan masyarakat luas untuk memberikan dukungan dan mengingat kembali hari kebangkitan dan persatuan perjuangan kaum wanita dalam memajukan generasi bangsa kearah yang lebih baik. [EkoAW]