Siaran di Smart FM, Penyuluh Agama KUA Wirobrajan Bedah Hikmah Idul Fitri
Yogyakarta (KUA Wirobrajan) – Dalam program Dialog Agama radio Smart FM dan Sonora FM hari Selasa tanggal 16 April 2024 Penyuluh Agama Islam KUA Wirobrajan Agus Saeful Bahri, S.Ag., M.S.I menyampaikan Hikmah Iedul Fitri (Alqur´an untuk Kehidupan) sebagai refleksi atas ramadhan 1445 H yang telah berlalu.
Menanggapi pertanyaan penyiar dan juga pemirsa radio, Agus Saeful Bahri merujuk pada al-qur´an ayat ke 185 pada penggalan kalimat walitukabbirullaha ´ala maa hadaakum wa la´allakum menjelaskan bahwa hikmah (pemahaman yang mendalam) yang bisa didapatkan dari potongan ayat tersebut pertama ‘Idul fitri adalah momentum kembalinya manusia pada asal fitrah kemanusiannya yang sejati yaitu معرفة الله (mengenal Allah). Seluruh ibadah yang dilaksanakan selama ramadhan dimaksudkan agar orang beriman semakin dekat dengan Allah dan perintah-Nya setelah sempurna ramadhan adalah ولتكبروا الله (dan hendaklah kalian mengagungkan / membesarkan Allah) artinya hanya Allah Yang Maha Besar sementara segala urusan dan dunia ini kecil.
Adapun makna ‘idul fitri (kembali fitri) berikutnya adalah orang yang menghadapkan dirinya sepenuhnya kepada agama (tuntunan agama) atau ketentuan syari’at Islam dengan ikhlas, penuh ketulusan, dan lurus, serta benar cara beragamanya. Makna ini terbaca dalam kalimat علي ما هدىكم (atas apa-apa yang Allah telah berikan hidayah kepada kalian). Seluruh ibadah yang dikerjakan selama Ramadhan adalah hidayah yang pelaksaannya dimudahkan sedemikian rupa oleh Allah bagi orang-orang yang Allah inginkan kebaikan bagi mereka. Maka orang yang kembali fitrah, dia akan menggunakan matanya hanya untuk melihat sesuatu yang diridhai Allah, dia akan tundukkan matanya (غض البصر) pada ketentuan al-Qur’an dan sunnah Nabi-Nya. Mulutnya tidak akan digunakan untuk berdusta dan membohongi orang lain, karena dia tahu ويل يومئد للمكذبين (celakalah pada hari kiamat bagi orang yang senantiasa berdusta), begitu pula dia tidak akan mengolok-olok orang atau kelompok yang lain, bahkan dia tidak akan membalas mencaci kepada orang-orang yang menista dirinya, sebaliknya ucapannya penuh kedamaian dan keselamatan saat disampaikan.
Inilah hakikat kemenangan seorang muslim yang menjalani tarbiyah ar-ruhiyah sepanjang bulan Ramadhan yang hidupnya diharapkan akan selalu berada di atas hidayah (ulaaika ´ala hudam mir robbihim) dan akan mendapatkan surga yang telah Allah siapkan untuk mereka (wa ulaaika humul muflihuun), dan mereka itulah yang disebut al-muttaquun, orang-orang yang menjadikan al-qur´an sebagai pengamalan dan pengalaman dalam menjalani kehidupan. (ASB)