Penyuluh Agama KUA Danurejan Ajak Praktek Dzikir Wabin Lapas Kelas IIA Yogyakarta
Yogyakarta (KUA Danurejan) – Penyuluh Agama KUA Danurejan Yogyakarta H. Sujoko Suwono, S. Ag., MSI mengajak praktek dzikrullah di dalam hati warga binaan (wabin) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Yogyakarta pada 11 Nopember 2024. Pada pembinaan wabin yang dilaksanakan sepekan sekali ini Sujoko menyampaikan metode praktek dzikir dalam hati sesuai Qur’an Surat (QS) Al-A’rof ayat 205. Ayat ini menjelaskan bahwa sebutlah nama Tuhanmu di dalam jiwa/batinmu dengan rendah diri dan rasa takut, dan tidak mengeraskan suara di waktu pagi dan petang seperti teori yang telah disampaikan sebelumnya.
Dalam melaksanakan metode praktek dzikir ini menurut Joko panggilan akrab Sujoko sangat sulit, karena batin itu dibolak-balikkan oleh Allah. Oleh karena itu Allah memberikan jalan keluar dalam berdzikir tersebut dengan memperbanyak istighfar dalam batin, sesuai QS Al-A’la ayat 14. Pada ayat ini disebutkan “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan iman).
Lebih lanjut Joko menjelaskan bahwa dalam mempraktekannya sangat sulit, karena batin kita itu banyak lintasan selain nama Allah. Oleh karena itu solusinya adalah setiap muncul berbagai lintasan (selain nama Allah) dalam batin segera diikuti istighfar di dalam batin juga. Begitu seterusnya walaupun tidak sempat menyebut nama Allah dalam batin, sudah beruntung.
Praktek pelaksanaannya dengan cara duduk bersila antara pusat dan dada tegak lurus, pergelangan tangan diletakkan di atas lutut, lidah ditangkupkan ke langit-langit mulut dalam keadaan tertutup rapat dan mata terpejam, urat-urat kepala, pipi dan jidat dikendorkan agar rileks. Selanjutnya diawali dengan membaca surat Al-fatihah, ayat Kursi, surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas, doa kedua orang tua, Syahadatain, Sholawat dan kalimat istighfar. Kemudian setiap ada lintasan selain nama Allah di dalam batin segera diikuti istighfar di dalam batin juga. Istighfar ini tidak dihitung secara kuantitas, melainkan setiap ada lintasan selain nama Allah segera istighfar dengan penuh kesadaran bahwa batin kita ada lintasan selain nama Allah itu tidak boleh, sehingga harus segera beristighfar minta ampun kepada Allah. Ketika mengakhiri dzikir ini menyebut nama Allah dalam batin seperti orang menjerit tetapi di dalam batin, lalu diulang semakin keras sampai seolah-olah tidak ada lintasan lagi. Selanjutnya tarik nafas, sambil menahan nafas membaca surat Al-Fatihah dengan khusyuk dalam batin dengan jumlah semampunya saat menahan nafas. Setelah itu ditiupkan ke telapak tangan lalu diusapkan ke muka dan anggota badan yang dianggap perlu.
Jika terpaksanya tidak bisa menyebut nama Allah di dalam batin, maka tidak mengapa, karena di dalam kalimat istighfar Astaghfirulloohal’adhiim itu ada Asmaul Husna Al-‘Adhiim yang berarti Yang Maha Agung.
Terakhir Joko mengajak seluruh wabin yang hadir di masjid Al-Fajar Lapas Jl. Tamansiswa no. 6 Yogyakarta ini untuk dapat mempraktekkan metode dzikir ini. Penghayatan Joko supaya metode dzikir ini segera masuk dalam hati (batin) dilaksanakan pada waktu pagi 1 jam sehabis sholat Shubuh dan waktu petang 1 jam sehabis sholat Ashar. Pada dua waktu ini harus digunakan dengan sebaik-baiknya, lebih-lebih bagi wabin di Lapas ini yang tidak banyak kesibukan seperti warga masyarakat di luar Lapas. (Jk).