Berita

Bimas Islam Turut Seminar Al qur’an YPPIM

Yogyakarta (Bimas Islam): Kasi Bimas Islam Saeful Anwar, S.Ag., M.Si menugaskan Muhammad Arif Wahyudi Pelaksana Bimas Islam untuk mengikuti seminar Al-Qur’an dengan tema “Dinamika Penafsiran Al-Qur’an: Peluang dan Tantangan di Era Digital” yang dihelat oleh Yayasan Pusat Pengembangan Islam Mataram (YPPIM) hari Selasa 7 Januari 2025 di Gedung Arafah Asrama Haji D. I. Yogyakarta jalan Lingkar Utara. Ketua Yayasan Ir. H. Sutrisno, MES. dalam sambutannya menyampaikan, sejarah berdirinya Yayasan Pusat Pengembangan Islam Mataram (YPPIM) yaitu didirikan oleh para pejabat Pemerintah Daerah D. I. Yogyakarta selaku panitia MTQ DIY tahun 1991 yang memanfaatkan sisa dana MTQ yang masih ada dan atas restu Sri Paduka Paku Alam IX dalam pengadaan tanah untuk dibangun monumen atau bangunan di sebelah Utara Asrama Haji DIY. Kanwil Kemenag DIY diwakili H. Ujang Sihabuddin, M.Si menyampaikan dukungan dan penghargaan atas terlaksananya Seminar Al-Qur’an yang diselenggarakan YPPIM dengan tema “Dinamika Penafsiran Al-Qur’an: Peluang dan Tantangan di Era Digital” Kegiatan ini dibuka oleh Wakil Gubernur DIY Sri Paduka Pakualam X, dalam sambutannya beliau menyampaikan “bahwa al-Qur’an merupakan sumber pedoman hidup”. Seminar ini menghadirkan narasumber Prof. Dr. Phil. Sahiron Syamsudin, M.A. (Direktur Pendidikan Tinggi Agama Islam Negeri Kemenag Pusat sekaligus Guru Besar UIN Sunan Kalijaga) dan Prof. Dr. Abdul Mustaqim, M.A. (Guru Besar UIN Sunan Kalijaga), selaku moderator KH. Dr. A. Zuhdi Muhdlor, S.H., M.Hum.
Prof. Dr. Phil. Sahiron Syamsudin menyampaikan tafsir dibagi menjadi dua, yaitu Tafsir bil ma’tsur metode penafsiran Al-Qur’an yang menggunakan riwayat, seperti sunnah, qaul sahabat, atau tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an.
Dan Tafsir bil ra’yi adalah metode tafsir Al-Qur’an yang menggunakan akal dan ijtihad untuk menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur’an. Dalam tafsir bil ra’yi, mufassir hanya berpegang pada pemahamannya sendiri dan mengambil kesimpulan berdasarkan logika.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tafsir bil ra’yi salah satunya adalah menguasai bahasa Arab dan memahami lafadz-lafadz Arab, Tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan, sejarah manusia secara umum ataupun sejarah bangsa Arab secara khusus ketika penurunan al-Qur’an.
Beliau juga menukil maqolah al-Imam Asy-Syafi’i “Tidak dapat memahami al-Qur’an orang yang tidak menguasai bahasa Arab yang mana al-Qur’an diturunkan”
Prof. Dr. Abdul Mustaqim menyampaikan perkembangan al-Qur’an dari zaman ke zaman, zaman Nabi Muhammad SAW al-Qur’an di ajaran melalui lesan, pada zaman Sahabat al-Qur’an mulai ditulis, diberi titik dan harokat, pada zaman sekarang al-Qur’an ditulis dengan digital.
Beliau juga menambahkan, “Orang yang tidak mempunyai wudhu boleh hukumnya menyentuh al-Qur’an pada layar digital” tambahnya.
Hadir sebagai peserta Kemenag Kabupaten/Kota, perwakilan MUI se DIY, tokoh-tokoh masyarakat, perwakilan dari KUA se kota Yogyakarta dan KUA terdekat kota Yogyakarta, serta perwakilan ta’mir masjid di Kota Yogyakarta. Terangnga. (M. Arif W.)

Leave a Reply