MAN 2 Yogyakarta Adakan Webinar, “Cara-cara Tradisional Jepang dalam Mencegah Penyakit Menular,”
Yogyakarta (MAN 2 Yogyakarta) – Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Disamping dharma Pendidikan dan penelitian, program studi juga dituntut untuk melaksanakan pengabdian kepada masyarakat setiap semester tahun ajaran. Hal ini dilaksanakan dengan tujuan supaya bidang ilmu yang dikembangkan di perguruan tinggi memiliki fungsi pragmatis-sosiologis, sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas.
Dengan tujuan sebagaimana tersebut di atas, bekerja sama dengan MAN 2 Yogyakarta mengadakan Webinar dengan tema, “Cara-cara Tradisional Jepang dalam Mencegah Penyakit Menular,” pada Sabtu (28/08/2021) melalui zoom Meeting yang diikuti Kelas X Bahasa didampingi wali kelasnya, Diah Wijiastuti, S.S, sekaligus Kanit ILC (International Language Class), Kelas XI Bahasa didampingi wali kelas Drs. Zus’an Arintaka, MA, dan kelas XII Bahasa didampingi wali kelas Jumiyasrini, S.Pd yang sekaligus Kanit Broadcasting dan Fim.
Lima narasumber hadir memeberikan materinya pada webinar ini, antara lain Drs. ulyadi, MA, Drs. Deddy Hernandy Oekon, M.Hum, Yogiswara Dany Raufardana, dan Ardian Nugraha Priyatama. Kegiatan diawali dengan sambutan dari Kepala MAN 2 Yogyakarta, Drs. H. Mardi Santosa didampingi Wakaur Kurikulum Fajar Basuki Rahmat, S.Pd. Pada sambutannya menyambut baik kerjasama ini, sangat berharap kerjasama tidak hanya sebatas webinar saat ini namun bisa berkelanjutan sehingga membawa banyak manfaat bagi siswa khususnya, pendidikan di Indonesia dan generasi penerus pada umumnya.
Materi webinar secara ringkas, sebagai berikut :
a. Bermasker medis
Orang Jepang sangat biasa memakai masker. Kebiasaan memakai masker ini sudah ada sejak pandemi flu Spanyol yang merebak tahun 1918-19. Selain itu beberapa dekade terakhir banyak orang yang alergi terhadap serbuk sari pohon hinoki yang sengaja ditanam dalam rangka proyek penghijaun
b. Berkumur hingga pangkal tenggorokan
Sejak masa kanak-kanak orang Jepang sudah dibiasakan untuk berkumur hingga ujung tenggorokan. Hal ini dilakukan terutama ketika baru masuk rumah waktu baru saja datang dari bepergian.
c. Salam dengan ojigi
Dalam berinteraksi dengan orang lain jarang melakukan penyinggungan anggota badan. Dalam masyarakat Jepang tidak ada budaya jabat tangan, berpelukan, cium pipi dll ketika baru bertemu dengan seseorang. Ketika bertemu atau berpisah orang Jepang cukup membungkukkan badan, atau yang bisa disebut ojigi
d. Membuang sampah dengan cara terbungkus
e. Membuka alas kaki ketika baru datang dari luar
f. Desain tempat tinggal atau rumah
Desain rumah tempat tinggal Jepang memiliki wastafel dan kamar mandi yang berada dekat pintu masuk.
g. Kebiasaan tidak banyak bicara dengan orang yang baru dikenal
Dalam masyarakat Jepang dikenal dengan konsep uchi dan soto. Uchi artinya kelompok sendiri atau orang dalam, misalnya keluarga sendiri, teman dalam grup olah raga, teman sekantor, dll. Sedang soto adalah orang luar, yaitu orang-orang yang bukan satu keluarga, selain orang dalam yang disebutkan sebelumnya.
h. Olah raga
Senam ini sudah menjadi kebiasaan orang Jepang sejak hampir seratus tahun yang lalu, demikian menurut NHK dalam acara Japanology Plus dengan tema Radio Calisthenics (https://www.youtube.com/watch?v=gUk357nkp3o). Selain itu ketika pergi kerja, ke stasiun terdekat mereka memilih jalan kaki dari pada kendaraan bermotor.
i. Menu makananan laut banyak mengandung vitamin D yang konon bisa untuk meningkatkan imunitas.
j. Jishuku
Jishuku bisa diartikan sebagai sikap menahan diri. Termasuk menahan diri ke luar rumah. Praktik jishuku menahan diri pernah menjadi gerakan ketika terjadi gempa bumi besar pada tahun 2001 di Jepang Timur. Masyarakat tidak keluar rumah karena menghormati arwah para korban
k. Struktur masyarakat yang kolektivis
Masyarakat kolektivis selain lebih mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan diri sendiri, juga punya sifat yang taat pada pimpinan. Jadi dengan suatu anjuran saja, tidak dengan kalimat perintah yang tegas apalagi ancaman, orang Jepang relatif mudah mengikuti arahan pemerintah untuk menghindari 3C ( Crowd-place, Closed-space, Closed-contact)
https://www.youtube.com/watch?v=sm-h2GMuabk
Ternyata kebiasaan lama bisa juga menjadi pendukung hidup sehat pada masyarakat di zaman modern. Kebiasaan bangsa lain yang baik bisa kita terapkan di Indonesia. Poin-poin di atas hampir semuanya tidak bertentangan dengan budaya kita sehingga kita juga bisa mempraktekkan kebiasaan orang Jepang tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Tetapi mungkin ada satu yang kurang pas dengan budaya kita yaitu tidak mudah akrab dengan orang lain. Keakraban dengan orang lain ini tidak terlalu berakibat buruk dengan pola hidup sehat, sepanjang kita tetap waspada dengan orang baru. Sedangkan ojigi membungkukkan badan pada saat tertentu masih relevan dengan budaya kita. Tetapi bukan berarti untuk menggantikan salaman pada saat tidak ada pandemi. Yang penting kita harus melihat bagaimana dengan budaya kita selama ini. (pus)