Merawat Kesucian Akad Nikah KUA Mantrijeron Yogyakarta
Yogyakarta (KUA Mantrijeron) – “Konflik rumah tangga bisa dialami siapapun, pasangan suami istri baru maupun lama. Oleh karena itu, merawat dan mempertahankan kesucian akad nikah menjadi niscaya untuk terus dilakukan oleh siapapun yang sudah berkeluarga. Supaya tidak terjadi keretakan masing-masing pasangan berusaha untuk saling memahami, menyayangi, mencintai dan menghormati, serta puncaknya saling memuliakan pasangannya.”
Demikian disampaikan Kepala KUA Mantrijeron, Sehona, S.Ag, dalam kajian rutin Padhang Bulan di Masjid Nur Rohman, Kampung Dukuh RW 18 Gedongkiwo Mantrijeron.
Kegiatan yang mengusung tema Sinergi KUA, Takmir Masjid dan Kaum Rois Dalam Merawat dan Mempertahankan Ikatan Suci Pernikahan itu diselenggarakan Sabtu (05/05/2022), dan dihadiri ratusan jamaah, baik bapak-bapak, ibu-ibu serta remaja bahkan anak-anak usia TPA.
“Acara kajian semacam ini rutin sejak dulu, Pak KUA. Cuma kemaren sempat istirahat selama hampir dua tahun karena Covid-19.” Kata KH. Suratno, Ketua Takmir Masjid Nur Rohman.
“Namun alhamdulillah, malam ini bisa dilaksanakan kembali. Semoga terus istiqomah kedepan. Tidak ada corona lagi, bisa sholat tarweh Ramadhan besok dengan normal, dan tentu harapan kami bermanfaat kepada kami di dalam thalabul ilmi dan taqarub illallah.” Lanjut Mbah Ratno, yang juga sebagai Kaum Rois di RW 18, Dukuh Gedongkiwo.
Sehona lebih lanjut menyampaikan,
“Akad nikah adalah ikatan atau perjanjian suci. Saking sucinya, Allah swt menyamakan akad nikah dengan perjanjian antara Dia dengan Rasul-Nya. Dalam bahasa Al Quran disebut dengan mitsaqan gholidhan, yang artinya perjanjian suci dan agung.
Oleh karena itu, pasangan yang sudah menikah, tidak boleh gampang-gampang menyatakan ucapan yang merusak kesucian akad nikah. Misalnya ‘cerai, talak, sana pulang ke rumah orang tuamu, dan lainnya yang searti dengan kata tersebut’.
Pernyataan seperti itu merusak bahkan dapat membatalkan ikatan suci pernikahan.
Seorang suami harus mampu menjadi teladan terbaik bagi istri dan anak-anaknya. Di saat yang sama, istri juga harus mampu berperan sebagai pribadi yang menyenangkan, khususnya bagi suami dan anak-anaknya.”
Pada akhir kajian diadakan sesi tanya jawab. Beberapa jamaah menanyakan prihal terkait perwakafan, pemulasaran jenazah, dan ada juga yang bertanya tentang bagaimana caranya mendapatkan jodoh.
Sudah jamak di masyarakat, biasanya acara yang bertema soal jodoh dan pernikahan, selalu gayeng dan ger-geran.
Tepat jam 21.15 wib, acara kajian ditutup dengan doa kaffaratul majelis. Dan karena sudah memasuki bulan Rojab, disenandungkan pula doa yang biasa dibaca pada bulan tersebut.
اللهم بارك لنا في رجب وشعبان وبلغنا رمضان واغفر لنا ذنوبنا
“Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rojab dan Sya’ban. Pertemukanlah kami dengan Bulan Ramadlan, serta ampunilah dosa kami.” (Seh)