Kapokjaluh Sampaikan Duka Cita atas Gempa di Cianjur dan Mengajak Memaknai Dibalik Musibah Lewat Radio Sonora 97,4 FM Yogyakarta
Yogyakarta (KUA Gondomanan) – Ketua Kelompok Kerja Penyuluh (Kapokjaluh) Kementerian Agama (Kemenag) Kota Yogyakarta, Eko Agus Wibowo, S. Sos. I., mengudara dan memberikan siarannya melalui Radio Sonora 97, 4 FM Yogyakarta. Pertama-tama atas nama pribadi, atas nama Kelompok Kerja Penyuluh Agama Kantor Kemenag Kota Yogyakarta saya ingin menyampaikan dukacita yang mendalam, belasungkawa atas terjadinya musibah gempa bumi yang melanda Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat, ucap Eko Agus Wibowo, S. Sos. I., Jum’at (25/11/2022).
Gempa bumi Jawa Barat 2022 adalah gempa bumi berkekuatan 5.6 Mw dengan kedalaman 10 km yang terjadi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Indonesia pada 21 November 2022 pukul 13.21 WIB. Gempa ini dirasakan hingga Bandung, DKI Jakarta, Tangerang, Rangkasbitung, dan Lampung.
Pada siarannya kali ini Eko Agus Wibowo, S. Sos. I., menyampaikan bahwa dalam kehidupan manusia, musibah adalah sebuah keniscayaan. Musibah merupakan takdir dari Allah subhanahu wata’ala yang hadir untuk menguji kesabaran manusia sekaligus mengingatkan bahwa Allah-lah yang Mahakuasa. Selain itu musibah juga merupakan suatu peringatan bagi setiap manusia, agar selalu bersyukur dan beriman, dan tidak lupa terhadap sang pencipta atas kemegahan dan kenikmatan dunianya.
Setiap orang pasti pernah merasakan musibah, meski mereka juga berusaha menghindarinya. Ragam tingkatan musibah dunia bisa menimpa siapa saja, tanpa mengenal waktu dan tempat, karena musibah bisa sebagai ujian atau teguran. Bukan hanya dari pemaknaan kata, hikmah dari kata musibah dalam Al-Qur’an juga sangat luas bagi manusia sehingga tidak hanya diartikan semau sendiri. Musibah bisa saja berarti azab, teguran atau peringatan, bahkan bisa berarti nikmat yang semuanya hanya Allah subhanahu wata’ala yang tahu. Hanya kemudian, hal terpenting adalah bagaimana menyikapi musibah?, ujarnya lagi.
Ketika satu musibah menimpa seseorang, pertolongan pertama yang bisa dilakukan adalah menyebut kata “sabar”. Sabar ibarat formula yang memuat komponen dasar penyembuhan dari beberapa penyakit. Dari itulah, ketika saudara kita tertimpa musibah, apa pun jenisnya, kita disunahkan ta’ziyah yang intinya adalah menyabarkan. Kenyataannya, ta’ziyah tidak hanya berlaku pada keluarga yang ditinggal mati, tapi pada setiap orang yang tertimpa musibah secara umum.
Menyebut kata sabar memang mudah, tetapi ketika musibah menimpa, rasa menerima kenyataan kadang sulit terwujud. Karena itu, meski paham bahwa sabar merupakan obat penenang hati, biasanya sulit menerapkannya. Terlebih ketika musibah datang tiba-tiba, butuh banyak waktu agar pulih dan menerima kenyataan.
Di balik musibah dan bencana alam yang menimpa warga bangsa ini pasti banyak hikmah yang dapat dipetik. Hikmah di balik musibah bagi mukmin hendaknya menjadi proses penyadaran, pembelajaran, dan pendewasaan mental spiritual, sekaligus sebagai bahan muhasabah, tadabur, dzikrullah, dan taqarrub ila Allah (pendekatan diri kepada Allah).
Pada akhir siarannya, Eko Agus Wibowo, S. Sos. I., sambil memberikan salah satu ibarat atau contoh dari hikmah musibah, yaitu bahwa sanya musibah itu ibarat laboratorium keimanan dan kesabaran untuk penyadaran bahwa manusia itu milik Allah dan pasti kembali kepada-Nya (QS. Al-Baqarah [2]: 155-156), pungkasnya. (Najam)