Pembinaan Guru Pendidikan Agama Katolik Oleh Penyelenggara Katolik Kemenag Kota Yogyakarta
Fenomena kerasukan atau kesurupan serta praktik eksorsisme akhir-akhir ini sering terjadi. Fenomena ini juga terjadi di lingkungan anak-anak sekolah. Guru Pendidikan Agama Katolik memiliki peran penting sebagai pendidik dan pengajar hendaknya memiliki bekal pengetahuan dan pengayaan tentang eksorsisme. Oleh karena itu, Penyelenggara Katolik Kementerian Agama Kota Yogyakarta mengadakan Pembinaan Guru Pendidikan Agama Katolik Tingkat Dasar dan Menengah dengan tema “Pandangan Gereja Katolik tentang Eksorsisme”.
Bertempat di RPCB Syantikara, Senin (23/07/2018) sejumlah 50 guru Pendidikan Agama Katolik mengikuti kegiatan tersebut. Acara ini dibuka oleh Penyelenggara Katolik Kementerian Agama Kota Yogyakarta, Alexander Budisuwarno, S.Pd selaku Ketua Panitia. Narasumber pertama adalah Pembimas Katolik Kementerian Agama Kantor Wilayah DIY, Kristoforus Sinselius, S.S.
Pada kesmpatan ini Kristoforus menyampaikan bahwa bapak ibu guru agama Katolik memiliki tanggung jawab untuk menumbuhkan karakter baik dalam diri anak-anak didik. “Bukan hanya kecerdasan yang ditanamkan melainkan nilai-nilai tanggung jawab dan karakter yang kuat untuk membangun gereja, bangsa dan negara”, ungkap Kristo. “Guru Agama Katolik haruslah menjadi guru yang profesional yang menguasai bidangnya dan memiliki komitmen pada instansi”, lanjutnya. Pada sesi yang kedua narasumber Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr yang merupakan Romo Vikep Kategorial DIY menyampaikan tema tentang “Eksorsisme, upaya Gereja mengatasi Kuasa Kegelapan”. Romo Santo panggilan akrabnya menyampaikan berbagai pandangan Gereja Katolik mengenai eksorsisme. Peserta diajak untuk semakin mengerti Ajaran Gereja Katolik tentang Eksorsisme dengan membaca Kitab Suci bersama. Romo Santo mengatakan bahwa setan/iblis hanya bisa diusir dengan Doa, Fokus pada Kuasa Allah Bapa, Yesus Kristus dalam Roh Kudus.***