Berita

Penyelenggara Katolik Gelar Dialog Kerukunan Intern Umat Beragama dan Moderasi Beragama

Sleman (Humas Kemenag Kota) – Penyelenggara Katolik Kementerian Agama Kota Yogyakarta mengadakan kegiatan Dialog Kerukunan Intern Umat Beragama dan Moderasi Beragama Katolik pada Senin, 13 Juni 2022. Kegiatan yang bertema “Perspektif Rentang Pemikiran Islam-Katolik Menuju Indonesia yang Semakin Pluralis Semakin Moderatif” berlangsung di Eastparc Hotel, Yogyakarta.

Peserta yang hadir mengikuti acara tersebut berjumlah 30 orang, terdiri dari rohaniawan Katolik, utusan Gereja Katolik Rayon Kota, perwakilan ormas Katolik (Pemuda Katolik, ISKA, WKRI serta PMKRI). Materi disampaikan oleh Rm. M. Joko Lelono, Pr; K.H. Kuswaedi Syafi’ie (Pimpinan PP. Ar Rumi, Bantul) serta Drs. Nur Rokhman, M.A. Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Yogyakarta Nur Abadi, M.A hadir membuka kegiatan ini. Dalam sambutannya, Nur Abadi menegaskan bahwa Moderasi merupakan program unggulan Kementerian Agama. Meningkatnya kesadaran bermoderasi di kalangan masyarakat menjadi salah satu solusi atas permasalahan intoleransi dan sikap radikal antar umat beragama.

K.H. Kuswaedi Syafi’ie dalam pemaparannya menegaskan “Tuhan semesta alam menciptakan keanekaragaman di kalangan umat manusia tidak lain hal itu merupakan ujian bagi kedewasaan spiritual mereka. Siapa pun yang merasa risih dan risau terhadap adanya keanekaragaman tersebut berarti sesungguhnya dia menolak program dan kehendak Ilahi di dalam merealisasikan penciptaan. Dan siapa pun yang berdamai dengan berlangsungnya keanekaragaman itu berarti dia sadar bahwa program dan kehendak Tuhan di dalam penciptaan adalah yang terbaik bagi kehidupan”.

Sangat penting untuk menjadi kesadaran spiritual bagi siapa pun bahwa Tuhan semesta alam menciptakan keanekaragaman dalam penciptaan manusia tidak hanya berkaitan dengan rupa, bentuk, warna kulit, bahasa, sifat dan perilaku, tapi juga menciptakan jalan rohani yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Lebih lanjut, beliau menegaskan: “Bersikap moderat di dalam mengejawantahkan ajaran-ajaran agama adalah wujud konkret dalam merayakan keanekaragaman sekaligus kenisbian. Dengan keanekaragaman sebenarnya kita diuji, seberapa luas kasih sayang kita kepada sesama, bahkan kepada semesta. Dan dengan kenisbian kita juga diuji, seberapa kadar sikap rendah hati kita di hadapan sesama”.

Rm. Joko Lelono juga menegaskan hal yang sama. Pengamalan nilai-nilai Moderasi di tengah masyarakat adalah salah satu bentuk upaya kita dalam mempertahankan keutuhan bangsa. Moderasi bukan hanya menyangkut kelompok agama tertentu, tetapi menjadi tanggungjawab bersama. Kita diajak untuk membuat ruang perjumpaan sebagai sarana dialog penuh persaudaraan, tanpa disekat batas-batas agama. Hidup merupakan “seni perjumpaan” dengan setiap orang, bahkan dengan orang-orang di pinggiran dunia dan dengan bangsa-bangsa asli, karena “masing-masing dari kita bisa belajar sesuatu dari yang lain. Tak ada seorangpun yang tidak berguna dan tak ada seorangpun boleh disingkirkan”. (Fratelli Tutti, Paus Fransiskus). Dalam pemaparannya, Nur Rokhman mengajak seluruh peserta untuk menjadi agen moderasi di lingkungan masing-masing. (RMJ)