Penyuluh Agama Islam Fungsional KUA Kotagede Siap Dalam Kondisi Apapun Untuk Kepenyuluhan
Yogyakarta (KUA Kotagede) – Majelis Taklim Nurul Hidayah Masjid Al Ikhlas Rejowinangun yang sudah aktif sejak diturunkannya PPKM ke level 2. (03/11/2021) Turut hadir ketua takmir Ahlan beserta marbot dan masyarakat sekitar jalan Semangu Karangsari Rejowinangun Kotagede.
PAIF Kotagede mengaku tantangan pekerjaannya semakin terasa tatkala harus memberikan bimbangan keagamaan (mengisi pengajian) pada waktu musim penghujan. Salah satu pengalamannya adalah saat mengisi pengajian motornya sempat terendam banjir. Apalagi, Masjid atau mushola yang jadi binaan di dekat sungai dan akses jalan licin pada waktu hujan tiba seperti sekarang ini. Sementara setiba di rumah sudah dalam keadaan basah kuyup dan dilanjut habis isya untuk selalu tepat waktu sampai di tempat binaannya.
Meski demikian, tantangan yang dihadapi Endro Dwi Widodo tidak mengendurkan semangatnya untuk terus mengabdikan diri sebagai Penyuluh Agama Islam yang selalu memilih binaan di tepi sungai.
Sebagai penyuluh agama PNS, tugas Endro cukup banyak, namun yang utama tentu memberikan bimbingan keagamaan melalui majelis taklim, baik di masjid, musholla atau di rumah bahkan di bantaran sungai. Endro juga memberikan nasihat perkawinan, mengurusi jenazah, manasik haji, mengurusi zakat, wakaf dan pembinaan remaja masjid.
Sejak PPKM level 2 ini banyak dipercaya untuk mendampingi pemuda dan Forum Remaja Masjid, KWT ( Kelompok Wani Tani), KTB di Kelurahan Prenggan.
Bersyukur telah menjadi Penyuluh Agama Islam Fungsional. Sebab sejak tahun 2014 lalu, dengan dibekali sepeda motor Mega Pro dari almarhum ibu saya dan itu sangat membantu saya dalam melaksanakan tugas.
“Saya mengidam-idamkan pelatihan atau apa namanya, untuk dapat menambah kapasitas ilmu pengetahuan dalam melancarkan tugas-tugas. Sebab, kebanyakan masyarakat berharap penyuluh tahu banyak hal dan bisa dijadikan tempat bertanya,” katanya.
Beratnya tantangan menjadi abdi negara bidang keagamaan di semenanjung bantaran sungai yang membelah Kota Yogyakarta, tetapi sungguh sangat mengasyikkan. PAIF yang selalu di tempatkan di wilayah yang kebetulan berbatasan dengan sungai memang harus menjunjung kewaspadaan diri yang tinggi. Sebab, wilayah dekat sungai sangat rentan dimasuki pengaruh negatif, baik dari budaya, agama, dan ras.
“Wilayah kami masih termasuk zona rawan karena di tepi bantaran sungai gajah wong, sehingga harus selalu waspada dalam kondisi apapun,” katanya. ((End)