Penyuluh Mergangsan ikuti acara Nyadran

*Yogyakarta (KUA Mergangsan)* Nyadran adalah tradisi atau ritual yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, khususnya di daerah-daerah seperti Daerah istimewa Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sekitarnya. Tradisi ini biasanya dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan dan doa kepada leluhur serta untuk memohon keselamatan dan berkah dalam hidup. Nyadran dilakukan pada bulan Ruwah, yaitu satu bulan sebelum bulan Ramadan, tepatnya pada hari-hari menjelang akhir bulan Sya’ban.
Ahad, 16 Februari 2025 warga wirogunan mengadakan nyadran yang dihadiri sekitar 300 warga, banyak warga yang antusias untuk mengikutinya, dalam acara nyadran ini dihadiri oleh bapak mantri pamongpraja, ibu lurah, perwakilan dari pakualaman, RW 08, 09 dan 10 yang terdiri dari RT 26 Sampai 34, sebelum acara nyadran di makam warga berkumpul di balai kampung wirogunan untuk mengikuti acara pembukaan dan arak-arakkan, Adapun acara di balai kampung adalah pembukaan, menyanyikan lagu Indonesia raya, sambutan dari koordinator acara dan pelepasan burung, setelah pelepasan burung kemudian ditutup dan dilanjutkan dengan arak-arakan yang di pandu oleh brogodo dari nyutran.
Setelah rombongan sampai di makam pamotan kemudian dilanjutkan dengan doa bersama lintas agama, tetapi sebelum dimulai acara, pemandu acara memandu acara yang akan berlangsung Adapun acaranya adalah pembukaan sambutan dari ketua kampung wirogunan, bapak mantri pamongpraja kemudian doa dari agama Kristen kemudian dilanjutkan membaca tahlil dan dikhiri dengan doa menurut agama islam, sebelum acara ditutup bapak pamongpraja, bu lurah, dan rukun warga dan rukun tetangga melepas burung merpati yang sudah disiapkan oleh panitia.
Berikut beberapa hal yang umumnya terkait dengan tradisi nyadran:
1. Ziarah ke Makam Leluhur: Masyarakat melakukan ziarah ke makam keluarga atau leluhur untuk mendoakan mereka. Ini adalah bagian dari upacara untuk mengenang jasa-jasa orang tua dan leluhur yang telah meninggal, serta untuk memohon restu dan keselamatan bagi kehidupan keluarga yang masih hidup.
2. Doa dan Selametan: Selama nyadran, biasanya ada doa bersama dan selametan, di mana keluarga berkumpul untuk mendoakan arwah leluhur. Makanan atau sesaji juga sering disiapkan dan dibawa ke makam sebagai simbol penghormatan.
3. Tasyakuran dan Silaturahmi: Selain aspek spiritual dan keagamaan, nyadran juga menjadi ajang untuk mempererat tali persaudaraan dan silaturahmi antaranggota keluarga dan tetangga. Hal ini juga bisa menjadi momen untuk berkumpul bersama, berbagi cerita, dan memperkuat hubungan sosial.
Secara keseluruhan, nyadran adalah tradisi yang mengandung nilai penghormatan kepada leluhur, doa untuk keselamatan, serta upaya mempererat hubungan keluarga dan masyarakat. Tradisi ini menjadi salah satu cara masyarakat Jawa untuk menjaga hubungan spiritual dengan leluhur serta memohon berkah dalam kehidupan mereka. (Ali)