Berita

Peran Sentral Penyuluh Agama KUA Mantrijeron Dalam Membangun Ukhuwah

Yogyakarta (KUA Mantrijeron) -Ketika di tengah-tengah masyarakat terjadi ketimpangan atau prilaku tidak sedap. Misalnya maraknya perjudian, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, minuman keras, permusuhan antar warga, keretakan hubungan antar organisasi keagamaan, bahkan seks pranikah yang menyebabkan kehamilan, atau tindakan kekerasan fisik. Kerap sejumlah kalangan melemparkan guyonan, sambil menyodorkan pertanyaan sinis.

“Siapa sih ustadznya?”

“Penyuluhnya ngapain saja, ya?”
Dan pernyataan lain, yang sebenarnya jauh dari kebenaran.

Tugas menata, mengayomi dan memperbaiki masyarakat dari ketimpangan, sesungguhnya bukan hanya tugas dakwah para kyai, ustadz, atau penyuluh agama.
Masing-masing warga masyarakat mempunyai tugas sama untuk saling mengingatkan, memperbaiki dan menyempurnakan kebiasaan baik yang berlaku supaya lebih sempurna lagi.
Kalau semua tugas memperbaiki diserahkan kepada kalangan agamawan saja, kejadian di atas tidak akan pernah ada habisnya.

Apa sebab? Penyuluh agama, ustadz dan kyai jumlahnya terbatas, sementara masyarakat jumlahnya jauh lebih banyak. Mereka punya kebiasaan dan motivasi hidup yang berbeda-beda. Belum lagi alasan pendidikan, pengetahuan dan pengamalan keagamaan yang juga turut menjadi alasan.

Adalah Ustadz HM. Karmin, MAg, salah satu Penyuluh Agama Islam Fungsional (PAIF) KUA Mantrijeron mencoba menawarkan solusi untuk mengatasi krisis moral yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat.

Dalam suatu acara Pengajian Rutin Ikatan Persaudaraan Haji (IPHI) Mantrijeron yang diselenggarakan di Masjid Al Azhar Kampung Suryowijayan Gedongkiwo, Ahad (06/02/2022), Karmin mengajak jamaah,

“Khusus kaum agamawan, selain responsif dan rajin turun kepada masyarakat untuk melakukan dakwah bil hal, memberikan contoh konkrit akhlak terpuji, kita juga berusaha mengajak masyarakat untuk menerapkan lima hal.

Pertama, masing-masing individu hendaknya melakukan komunikasi yang baik dan santun dengan sesamanya.
Dalam bahasa Al Qur’an disebut tawasaw bilhaq dan tawasaw bish-shabr, yakni saling menasehati dengan kebenaran, dan juga mampu menahan jebakan emosi, nafsu maupun setan. Artinya kesabaran warga, lebih-lebih kalangan agamawan, harus terus dipupuk dengan baik, tahan banting dan tidak mudah menyerah.

Kedua, menyebarkan kedamaian lewat salam. Makna yang terkandung dalam kalimat ‘assalamu alaikum warahmatullahi wabarokatuh’ itu sangat luar biasa. Kalimat tersebut adalah bentuk doa keselamatan, kasih sayang dan keberkahan Allah swt kepada umat manusia.” Tuturnya.

Karmin Penyuluh Madya KUA Mantrijeron itu sangat lihai memanfaatkan momentum.

Awalnya Karmin diberikan kesempatan untuk perkenalan dan kultum singkat. Namun ustadz yang tinggal di Warungboto itu sangat memukau saat menyampaikan wawasannya.

Pada acara yang bertajuk ‘IPHI Memelihara Kemabruran Haji, dan Membangun Ukhuwah Islamiyah’ itu sebenarnya pembicara utama adalah Ir. Ustadz. Muhammad Ihsan, dai kondang dari Tejokusuman Ngampilan.
Namun karena pada jam 8 pagi ada acara di tempat lain, Ustadz Ihsan hanya menyampaikan mauidhoh kurang dari satu jam. Topiknya tidak jauh berbeda dengan pertemuan bulan Januari 2022, di Masjid Al Husna Suryodiningratan, yakni terkait Fungsi-fungsi pribadi, jamaah dan negara.

Ustadz Ihsan menekankan pentingnya apresiasi dan berterima kasih kepada pemerintah. Di antaranya, umat Islam bisa melaksanakan kegiatan keagamaan dengan nyaman dan aman itu karena kehadiran pemerintah. Kegiatan pengajian, kurban, haji dan lainnya menjadi mudah karena difasilitasi oleh negara dan pemerintah. Ihsan juga menekankan agar umat Islam selalu menjalin hubungan baik dengan pemerintah.

“Yang ketiga.” Ustadz Karmin melanjutkan,
“Kita, atau siapapun harus rajin berkunjung kepada orang lain, lebih-lebih kepada sanak saudara.
Kita tidak boleh abai silaturrahim.
Sebab betapa banyak permasalahan dapat diatasi lantaran silaturrahim. Dan sebaliknya, krisis persaudaraan semakin buntu karena saling diam dan dibiarkan.

Keempat, memberikan makan kepada orang lain. Hal ini bisa dijabarkan tidak hanya bentuk makanan atau bersedekah harta benda. Tetapi juga saat orang lain punya problem, kita bisa memberikan solusi.

Kelima, rajin sholat malam.
Selain sholat fardlu lima kali sehari semalam, kita juga berusaha bangun tengah malam, sujud dan berdoa kepada Allah swt, memohon keselamatan diri kita, keluarga dan orang lain.

Lima hal di atas, hemat saya dapat membantu menentramkan kehidupan masyarakat.
Kalau di dunia ini masyarakat tenteram, kelak di akhiratpun demikian adanya.” Pungkas Karmin.

Mauidhoh hasnah Ustadz Karmin yang didasarkan kepada sabda Nabi Muhammad saw itu, diapresiasi sangat bagus oleh jamaah yang hadir, terlebih oleh Ketua IPHI Mantrijeron, KH. Subandi Suyuti, BcHk, dan Ketua DMI, H. Djumizar.
Terbukti mereka sangat antusias menyimak dan bahkan sebagian mencatat.

Acara kajian IPHI yang ditutup jam 08.30 wib itu juga dihadiri beberapa ASN KUA, termasuk Sehona, S. Ag, Kepala KUA Mantrijeron.

Sesaat setelah ditutup, pengurus harian IPHI mengadakan rapat untuk menentukan langkah bulan berikutnya. (Sehona)