Berita

Senior Penyuluh Bersilaturrahmi Dalam Nuansa Keakraban

Yogyakarta (KUA Kotagede) – Penyuluh bergerak sering dikumandangkan setiap kali penyuluh dengan lagu mars penyuluhan dan hymne penyuluhan. Penyuluhan sudah sering dipublikasikan bahkan sudah menjadi tusi, kata beberapa penyuluh senior pada setiap kali kunjungan atau silaturrahmi. Seperti yang dilakukan senior kita Mahlani ke Damanhuri, Sabtu (29/01)

Pada setiap kunjungan ke lapangan selaku penyuluh Agama Islam selalu menyampaikan bahwa sudah waktunya penyuluh dan penyuluhan itu kembali terjun kelapangan untuk membangun kembali kepercayaan kepada umat dengan melakukan pendampingan dan pengawalan secara intensif.

Dewasa ini hampir semua penyuluh mengeluhkan banyaknya tugas yang diberikan oleh pusat dengan dibarengi kewajiban membuat laporan. Belum lagi tambahan tugas dari pemerintah daerah setempat atau lintas sektoral. Celakanya, semua tugas tersebut harus dilaporkan harian. Dan bahkan sarapan pagi penyuluh sekarang ini adalah kewajiban notol-notol HP untuk memberikan informasi keberadaan (absen) juga memberikan laporan optimalisasi berbasis aplikasi.

” Penyuluhan bukanlah hal yang sulit, jika dikerjakan dengan hati dan dilakukan tindakan dengan pikiran yang sehat. Jika diri kita seorang penyuluh maka sesungguhnya kata penyuluh itu dimaknai ada di dalam hati kita sedangkan kata penyuluhan bisa kita artikan sebagai bentuk tindakan kita. Jadi penyuluhan dapat dimaknai tindakan dari diri kita yang dilakukan melalui akal pikiran dengan menggunakan hati sebagai dasar pijakan keikhlasan. Artinya penyuluhan adalah jiwaraga kita” kata Endro saat bersama para senior Penyuluh.

Permasalahannya, kadang kita menganggap penyuluhan adalah penyelesaian tugas, yang membuat kita bekerja tidak lagi menggunakan hati. Tetapi cukup dengan akal pikiran, yang akhirnya menjadikan itu sebagai beban.

Kedua, sejak awal seorang penyuluh agama islam sudah berada dilapangan, pertama kali tugasnya adalah wajib menguasai data potensi SDA dan SDM di wilayah kerjanya. Ini yang selalu ditekankan bapak-bapak Penyuluh senior. Sehingga kalau benar kita menguasai data tersebut, maka pekerjaan ataupun tugas-tugas seperti untuk dilaporkan dengan cepat diselesaikan. Bukankah penguasaan data itu menjadi tolok ukur pertama sekali kinerja penyuluh yang tertuang di kegiatan persiapan pada PermenPAN 02 tahun 2008 tentang Pedoman Penilaian Penyuluh dan Angka Kreditnya. Bagi penyuluh yang pertama kali masuk dengan golongan 2A, menjadi tugas utamanya untuk mengumpulkan angka kredit melalui laporan data potensi sumberdaya alam dan SDM diwilayah kerjanya.

Untuk itu mungkin sudah saatnya para penyuluh kembali ke lapangan dengan mendampingi umat dan kelompok binaan, melalui penguasaan teknologi dan teknologi informasi komunikasi, sebagai jembatan penyuluh membangun kemandirian. Bahkan bukan tidak.mungkin penyuluh dapat seperti Go Jek online berbayar yang mampu memenuhi setiap kebutuhan penyuluh baik informasi teknis maupun jejaring dan kemitraan. Penyuluh sebagai tempat berkonsultasi masalah umat dan keagamaan. (End)